Proses pengeringan komoditi kakao yang dimiliki oleh petani dilakukan dengan tujuan agar daya tahan komoditi kakao dapat terjaga lebih lama dengan kualitas yang baik. Pada umumnya petani maupun pelaku usaha kakao melakukan pengeringan mengandalkan sinar matahari. Meskipun metode ini murah namun produk yang dikeringkan seringkali mengalami kerusakan besar yang disebabkan oleh hujan, serangga, burung dan jamur. Hal ini juga disebabkan bahwa Indonesia terletak di garis khatulistiwa dengan radiasi matahari yang berlimpah sepanjang tahun. Penggunaan teknologi pengeringan matahari (solar dryer dome) dianggap sebagai solusi yang menjanjikan untuk masalah pengeringan.
GIZ melalui Project Sustainability and Value Added in Agricultural Supply Chains in Indonesia (SASCI+) memfasilitasi bangunan solar dryer dome pada petani kakao di desa Sejahtera Kecamatan Palolo Kabupaten Sigi yang selama ini masih menggunakan metode pengeringan tradisional, seperti pengeringan di lahan kosong, maupun di pinggir jalan dekat hunian petani. Tujuan pemberian bantuan ini supaya petani tidak lagi menghadapi tantangan kontaminasi dari debu, air hujan dan cahaya ultraviolet pada hasil panen kakaonya.
Yurista selaku pendamping kegiatan Innovation fund SASCI+ di desa Sejahtera menyampaikan bahwa “Keuntungan menggunakan dome dibanding pengeringan tradisional adalah pengeringan bisa menjadi lebih cepat. Selain itu pada saat malam hari petani tidak perlu mengeluarkan kakaonya dari dome, produk menjadi lebih hygiene, terhindar dari serangga dan sampah lain” lanjutnya.
Petani di Sejahtera, Pak Luther menceritakan pengalamannya melakukan pengeringan menggunakan solar dryer dome. “Pengeringan dengan solar dryer dome sangat membantu sekali dalam mengeringkan hasil panen kakao, saya panen waktu mendung dan langsung dimasukkan ke dalam solar dryer dome, hasilnya kakao bisa kering sampai bagian dalam, tidak berjamur dan warna sangat bagus,” ujar Pak Luther.
Imam Wahyudi (Technical Advisor SASCI+)
Kommentare